Halaman

Rabu, 07 September 2011

Kamu Dan Aku Bisa

Hai, semuanya! Aku punya lirik lagu baru, nih! Lagu ini adalah lagu yang diciptakan Kevin Aprilio khusus untuk Idola Cilik 3, loh!


Mari raih impian bersama kawan semua
Pastikan harapan ayo raih bersama
Pastikan kita bisa meraih semua itu
Bersama selalu...

Hay... ayo kita nyanyikanlah
Nada yang indah di lagumu
Ceria bernyanyi janganlah kau bersedih
Kamu dan aku bisa

Hay semua.. hay semua
Kamu dan aku bisa

Mari raih impian bersama kawan semua
Pastikan kita kan bisa
Meraih semua itu
Bersama selalu....

Hay... ayo kita nyanyikanlah
Nada yang indah di lagumu
Ceria bernyanyi janganlah kau bersedih
Kamu dan aku bisa

Berjuanglah.. (berjuanglah)
Semangatlah..(semangatlah)
Jangan kau berhenti
Menggapai impian

Hay... ayo kita nyanyikanlah
Nada yang indah di lagumu
Ceria bernyanyi janganlah kau bersedih
Kamu dan aku bisa

Hay... ayo kita nyanyikanlah
Nada yang indah di lagumu
Ceria bernyanyi janganlah kau bersedih
Kamu dan aku bisa
Hay semua.. hay semua
Kamu dan aku bisa

Sejarah Musik Mesir

Seni musik di Mesir dapat diketahui dengan adanya penemuan literatur pada prasasti yang sempat ditinggalkan. Misalnya, dalam prasasti tersebut ditemukan harpa, lyra, mandolin, dan suling dalam bentuk tunggal maupun ganda. Sejarah membuktikan bahwa lagu-lagu mesir kuno memakai paling banyak hanya empat nada saja. Maka kemudian tetrachord (empat dawai) itu adalah dasar seni musik mereka, namun hal ini baru dirumuskan oleh Phytagoras yang hidup pada 570-480 SM di Yunani, dan sampai saat sekarang masih terdengar lagu-lagu yang tersusun dari empat nada tersebut di lembah sungai Nil.
Selanjutnya, perkembangan musik di Mesir mencatat bahwa pada pemerintahan dari Pharao yang pertama (sejak tahun 3892 SM) telah ditentukan tujuh nada suci oleh para imam agung yang dinyanyikan oleh para pria maupun wanita di kuil, dan semata-mata hanyalah nada vocal tanpa boleh diiringi oleh alat musik apapun. Sedangkan instrument yang baku dipakai oleh bangsa Mesir pada waktu itu adalah seruling dan harpa (Tebuni) yang terdiri dari berbagai macam jenisnya.

Seni musik berkembang begitu pesat di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Perkembangan seni musik pada zaman itu tak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan dan dukungan para penguasa terhadap musisi dan penyair membuat seni musik makin menggeliat. Apalagi di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang dari matematika dan filsafat. Boleh dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’. Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian seni musik di dunia Islam.
Meski dalam Islam terdapat dua pendapat yang bertolak belakang tentang musik ada yang mengharamkan dan ada pula yang membolehkan. Pada kenyataannya, proses penyebaran agama Islam ke segenap penjuru Jazirah Arab, Persia, Turki, hingga India diwarnai dengan tradisi musik. Selain telah melahirkan sederet musisi ternama, seperti Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M), Ibnu Mijjah ( wafat 714 M), Ishaq Al- Mausili (767 M-850 M), serta Al-Kindi (800 M-877 M), peradaban Islam pun telah berjasa mewariskan sederet instrumen musik yang terbilang penting bagi masyarakat musik modern. Berikut ini adalah alat musik yang diwariskan musisi Islam di zaman kekhalifahan dan kemudian dikembangkan musisi Eropa pasca- Renaisans:


Alboque atau Alboka
Keduanya merupakan alat musik tiup terbuat dari kayu berkembang di era keemasan Islam. Alboka dan alboque berasal dari bahasa Arab, ‘albuq’, yang berarti terompet. Inilah cikal bakal klarinet dan terompet modern. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam Historical facts for the Arabian Musical Influence, instrumen musik alboka dan alboque telah digunakan oleh musisi Islam di masa kejayaan. Instrumen musik tiup itu diperkenalkan umat Islam kepada masyarakat Eropa saat pasukan Muslim dari Jazirah Arab berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia wilayah barat daya Eropa, terdiri atas Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit wilayah Prancis. Tak heran, jika masyarakat Eropa meyakini bahwa alboque berasal dari Spanyol, khususnya Madrid.


Gitar, Kecapi, dan Oud Maurice J Summerfield (2003) dalam bukunya bertajuk, The Classical Guitar, It’s Evolution, Players and Personalities since 1800, menyebutkan bahwa gitar modern merupakan turunan dari alat musik berdawai empat yang dibawa oleh masyarakat Muslim, setelah Dinasti Umayyah menaklukkan semenanjung Iberia pada abad ke-8 M. Oud kemudian berkembang menjadi kecapi modern.
Gitar berdawai empat yang diperkenalkan oleh bangsa Moor terbagi menjadi dua jenis di Spanyol, yakni guitarra morisca (gitar orang Moor) yang bagian belakangnya bundar, papan jarinya lebar, dan memeliki beberapa lubang suara. Jenis yang kedua adalah guitarra latina (gitar Latin) yang menyerupai gitar modern dengan satu lubang suara. Alat musik Oud juga populer di wilayah Azerbaijan. Masyarakat di wilayah itu menyebut alat musik petik ini dengan sebutan Ud. Masyarakat Eropa Barat mulai mengenal dan menggunakan Oud sejak tahun 711 M. Alat musik petik khas umat Islam ini hampir sama dengan pandoura yang dikembangkan peradaban Yunani Kuno atau pandura alat musik bangsa Romawi. Zyriab merupakan pemain Oud termasyhur di Andalusia. Dia tercatat sebagai pendiri sekolah musik pertama di Spanyol. Menurut cendikiawan Islam yang juga musisi terkemuka era keemasan, Al-Farabi, Oud ditemukan oleh Lamech cucu keenam Nabi Adam AS.

Hurdy Gurdy dan Instrumen Keyboard Gesek
Hurdy Gurdy boleh dibilang sebagai nenek moyang alat musik piano. Alat musik ini ternyata juga merupakan warisan dari peradaban Islam di zaman kekhalifahan. Marianne Brocker dalam sebuah teori yang diajukannya menyebutkan bahwa instrumen yang mirip dengan hurdy gurdy pertama kali disebut dalam risalah musik Arab. Manuskrip itu ditulis oleh Al-Zirikli pada abad ke-10 M. Alat Musik Organ Jarak Jauh Menurut George Sarton, alat musik organ hidrolik jarak jauh pertama kali disebutkan dalam risalah Arab berjudul, Sirr Al-Asrar. Alat musik ini dapat didengar hingga jarak 60 mil. Manuskrip berbahasa Arab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Roger Bacon di abad ke-13 M.
Instrumen Musik Mekanik dan Organ Hidrolik Otomatis Kedua alat musik itu ditemukan oleh Banu Musa bersaudara. Ilmuwan Muslim di zaman Abbasiyah ini berhasil menciptakan sebuah organ yang digerakkan oleh tenaga air. Secara otomatis tenaga air itu memindahkan silender sehingga menghasilkan musik. Prinsip kerja dasar alat musik ini, papar Charles B Fowler, masih menjadi rujukan hingga paruh kedua abad ke-19 M.
Banu Musa bersaudara juga mampu menciptakan peniup seruling otomatis. Inilah mesin pertama yang bisa diprogram. Menurut Francoise Micheau dalam bukunya berjudul, The Scientific Institutions in the Medieval Near East, Banu Musa mengungkapkan penemuannya itu dalam kitab bertajuk, Book of Ingenious Devices.


Timpani, Naker, dan Naqareh Alat musik timpani (tambur atau genderang) Menurut Henry George Farmer (1988) dalam bukunya, Historical facts for the Arabian Musical Influence, cikal bakal timpani berasal dari Naqareh Arab. Alat musik pukul itu diperkenalkan ke benua Eropa pada abad ke-13 M oleh orang Arab dan Tentara Perang Salib. Biola, Rebec, dan Rebab Biola modern yang saat ini berkembang pesat di dunia Barat ternyata juga berawal dan berakar dari dunia Islam. Alat musik gesek itu diperkenalkan oleh orang Timur Tengah kepada orang Eropa pada masa kejayaan Kekhalifahan Islam.


Biola pertama berasal dari Rebec yang telah digunakan oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M. Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab, alat musik asli dari Arab. Konon, Al-Farabi merupakan penemu rebab (rebec).Peradaban Islam di masa keemasan telah menyumbangkan beragam warisan penting bagi masyarakat modern. Masyarakat Barat ternyata tak hanya berutang budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik dan seni rupa.Pencapaian yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa masyarakat Muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan.


Ishaq Al-Mausili

Musisi Termasyhur Penemu Solmisasi Ishaq Al-Mausili (wafat 850 M) adalah salah seorang musisi Muslim terbesar di kancah dunia musik Arab pada zaman kekhalifahan. Darah seni menetes dari ayahnya, Ibrahim Al-Mausili (wafat 804 M), yang juga seorang musisi besar.
Ishaq terlahir di Al-Raiy, Persia Utara. Saat itu, sang ayah tengah mempelajari musik Persia. Sang ayah terus mengembara demi mempelajari dan mengembangkan seni musik yang sangat dicintainya.
Suatu waktu, Ibrahim membawa putranya yang mash kecil ke Kota Baghdad metropolis intelektual dunia. Kelak, di pusat pemerintahan Ke – khalifahan Abbasiyah itulah nama Ishaq melambung sebagai seorang musisi legendaris. Kisah masa kecilnya juga tercatat dengan baik. Ishaq cilik memulai pendidikannya dengan mempelajari Alquran dari Al-Kisa’i dan Al-Farra.
Dari Hushaim ibnu Bushair, Ishaq mempelajari tradisi dan budaya. Se – dangkan, pelajaran sejarah diperoleh nya dari Al-Asmai’i dan Abu Ubaidah Al-Muthanna. Sejak kecil, ia sudah kepincut dengan musik. Na – mun, sang ayah bukanlah satu-satunya guru yang memperkenalkan dan mengajarinya seni musik. Menurut Miss Schlesinger, Ishaq mempelajari musik dari sang paman, Zalzal, dan Atika binti Shuda yang juga musisi terkemuka. Ishaq dikenal sebagai sosok manusia yang kaya dengan budaya. Ia adalah musisi yang intelek. Hal itu dibuktikan dengan perpustakaan pribadinya yang tercatat sebagai yang terbesar di Baghdad. Ishaq telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan ilmu musik. Ternyata, dialah musisi yang memperkenalkan solmisasi: do re mi fa sol la si do.
Ishaq Al-Mausili memperkenalkan solmisasi dalam bukunya, Book of Notes and Rhythms dan Great Book of Songs, yang begitu populer di Barat. Musisi Muslim lainnya yang juga memperkenalkan solmisasi adalah Ibn Al-Farabi (872 M-950 M) dalam Kitab Al-Mausiqul Kabir. Selain itu, Ziryab (789 M-857 M), seorang ahli musik dan ahli botani dari Baghdad, turut mengembangkan penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol jauh sebelum Guiddo Arezzo muncul de ngan notasi Guido’s Handnya.
Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Guido Arezzo adalah musisi yang pertama kali memperkenalkan solmisasi lewat notasi Guido’s Hand. Ternyata, notasi Guido’s Handmilik Guido Arezzo hanyalah jiplakan dari notasi arab yang telah ditemukan dan digunakan sejak abad ke-9 oleh para ilmuwan Muslim. Para ilmuwan yang telah menggunakannya, antara lain Yunus Alkatib (765 M), Al-Khalil (791 M), Al- Ma’mun (wafat 833 M), Ishaq Al- Mausili (wafat 850 M), dan Ibn Al- Farabi (872 M-950 M).
Ibn Firnas (wafat 888 M) pun turut berperan dalam penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol. Karena, ia adalah orang yang memperkenalkan masyarakat Spanyol terhadap musik oriental dan juga merupakan orang yang pertama kali mengajarkannya di sekolah-sekolah Andalusia.
Guido Arezzo mengetahui solmisasi tersebut dengan mempelajari Catalogna, sebuah buku teori musik berbahasa Latin yang berisi kumpulan penemuan ilmuwan Muslim di bidang musik. Solmisasi tersebut ditulis dalam Catalogna yang diterbitkan di Monte Cassino pada abad ke-11. Monte Cassino merupakan daerah di Italia yang pernah dihuni masyarakat Muslim dan juga pernah disinggahi oleh Constantine Afrika. Lagi-lagi, peradaban Barat mencoba memanipulasi sejarah.
---------------------------------------------------------------------

Buat yang ada tugas tentang sejarah musik Mesir, silahkan copy.

Sejarah Musik Jepang

Musik tradisional jepang

Sejarah Musik Jepang mencakup beragam seniman dalam gaya yang berbeda baik tradisional dan modern. Kata untuk musik di Jepang adalah 音 楽 (ongaku), menggabungkan kanji 音 ("on" suara) dengan 楽 kanji (kenyamanan "Gaku" menyenangkan,). Dalam sejarah, Jepang adalah pasar musik terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dan sebagian besar pasar didominasi oleh seniman Jepang.
musik lokal sering muncul di tempat-tempat karaoke, yang disewa dari label rekaman. Musik Jepang tradisional tidak memiliki beat/ kecepatan nada khusus, dan sifatnya tenang. Musiknya berimprovisasi pada beberapa waktu. Pada tahun 1873, seorang pengelana Inggris mengklaim bahwa musik Jepang, "Menggusarkan hingga jauh ke seluruh ketabahan jiwa orang-orang Eropa."

Bentuk tertua dari musik Jepang tradisional shōmyō (声明 atau Anda bisa menggunakan 声明), nyanyian Buddha, dan gagaku (雅 楽), pengadilan musik orkestra, yang keduanya merupakan tanggal dengan periode Nara dan Heian.
Gagaku adalah jenis musik klasik yang telah dimainkan pada pengadilan Imperial sejak Periode Heian. Kagurauta (神 楽 歌), Azumaasobi (东 游) dan Yamatouta (大 和歌) adalah perkumpulan adat asli jepang. Tōgaku (唐 楽) dan komagaku berasal dari dinasti Tang Cina melalui Semenanjung Korea. Selain itu, gagaku dibagi menjadi kangen (管弦) (musik instrumental) dan bugaku (舞 楽) (tari disertai dengan gagaku).

Berasal pada awal abad ke-13 adalah honkyoku (本 曲 "potongan asli"). Merupakan  (solo) shakuhachi (尺八) dimainkan oleh mazhab pimpinan pengemis Fuke dari Buddhisme Zen. PImpinan ini, yang disebut komusō ("biksu kekosongan"), bermain honkyoku untuk sedekah dan pencerahan. Sekte Fuke tidak lagi ada di abad ke-19, tapi keturunan lisan dan tertulis dari banyak honkyoku masih ada, meskipun musik ini sekarang sering dipraktekkan dalam pengaturan konser atau setting performace.

samurai sering mendengarkan dan mempertunjukkan kegiatan dalam music ini, dalam praktik mereka memperkaya hidup dan pemahaman mereka.
Musik teater juga dikembangkan di Jepang sejak usia dini. Noh (能) atau tidak muncul dari berbagai tradisi lebih populer dan pada abad ke-14 telah berkembang menjadi seni yang sangat halus. Musik Ini menuju puncaknya setelah dibawa oleh Kan'ami (1333-1384) dan Zeami (1363? -1443). Dalam Zeami khusus disediakan inti dari adat Noh dan risalah banyak menuliskan tentang rahasia tradisi.
Bentuk lain dari teater Jepang adalah teater boneka, sering dikenal sebagai bunraku (文楽). Teater wayang tradisional ini juga memiliki akar dalam tradisi populer dan berkembang khususnya selama Chonin pada periode Edo (1600-1868. Hal ini biasanya disertai dengan zikir (berbagai gaya jōruri) (净 瑠 璃) disertai dengan shamisen (三味 线) musik.

Selama periode Edo aktor (setelah 1652, khususnya laki-laki dewasa) melakukan kabuki yang ramai dan teater  populer (歌舞 伎). Kabuki  dapat menampilkan apapun dari cerita sejarah yang dibawa dalam tarian, sering disertai dengan nagauta (长 呗) gaya bernyanyi dan kinerja shamisen.


Musik daerah / Folk music

Hoshi Biwa, Biwa Heike, Moso, dan Goze


The Biwa (琵琶), suatu bentuk kecapi berleher pendek, dimainkan oleh sekelompok penyanyi  keliling (Hoshi Biwa) (琵琶 法师) yang digunakan untuk mengiringi cerita.  Yang paling terkenal dari cerita ini adalah The Tale dari Heike, sejarah abad ke-12 kemenangan klan Minamoto atas Taira. Biwa Hoshi mulai mengorganisir diri mereka ke dalam sebuah asosiasi serikat-seperti (TODO), bagi laki-laki tunanetra pada awal abad ketiga belas. Asosiasi ini ahirnya dikendalikan oleh sebagian besar dari budaya musik Jepang.

Selain itu, pada kelompok-kelompok kecil banyak musisi buta keliling yang dibentuk khususnya di daerah Kyushu. Musisi ini dikenal sebagai (biksu 僧 盲 buta) Moso, mereka berkeliling dan melakukan berbagai ceramah agama dan hal-hal berbau agama untuk memurnikan rumah tangga dan membawa kesehatan untuk kebaikan dan keberuntungan. Mereka juga mempertahankan perbendaharaan genre sekuler. Para Biwa yang mereka mainkan lebih kecil daripada Biwa Heike (平 家 琵琶) yang dimainkan oleh Hoshi Biwa.

Lafcadio Hearn terkait dalam bukunya Kwaidan: sejarah dan pembelajaran pemikiran asing" Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi yang tanpa telinga), cerita hantu Jepang tentang Hoshi Biwa buta yang menceritakan "Kisah tentang Heike"


wanita Buta, yang dikenal sebagai Goze (瞽 女), juga tur didaerah itu sejak zaman abad pertengahan, menyanyikan lagu dan bermain musik yang mengikuti ketukan drum. Dari abad ketujuh belas mereka sering memainkan koto atau shamisen. organisasi Goze bermunculan di seluruh negeri, dan ada hingga saat ini dalam bentuk polisi Niigata.


Taiko


Taiko adalah Drumnya orang  Jepang yang datang dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk memainkan berbagai genre musik. Hal ini telah populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai sentral instrumen dari ansambel perkusi  yang didasarkan pada berbagai rakyat dan festival musik di masa lalu. taiko musik tersebut dimainkan dengan oleh drum besar ansambel disebut kumi-daiko. Asalnya tidak diketahui pasti, namun dapat terbentang jauh kembali saat abad 7, ketika seorang tokoh drummer tanah liat menunjukkan keberadaannya. Pengaruh cina mengikuti, namun instrumen dan musik tetap dalam keunikan jepang. Drum Taiko selama periode ini digunakan selama pertempuran untuk mengintimidasi musuh dan perintah untuk berkomunikasi. Taiko terus digunakan dalam musik religius Buddhisme dan Shinto. Pemain terakhir adalah orang-orang kudus, yang bermain hanya pada acara-acara khusus dan dalam kelompok kecil, namun pada warga laki-laki (jarang perempuan), beberapa waktu juga memainkan taiko dalam festival semi-keagamaan seperti tarian bon.

Modern ansambel taiko dikatakan telah diciptakan oleh Daihachi Oguchi pada tahun 1951. Seorang drummer jazz, musik latar belakang Oguchi dimasukkan ke dalam ansambel yang besar, Dimana dia juag yang mendesain. Gaya energiknya membuahkan kelompok populer di seluruh Jepang, dan membentuk wilayah Hokuriku pusat untuk musik taiko. Musisi timbul dari gelombang popularitas termasuk Sukeroku daiko dan bagian band-nya, seido Kobayashi. Pada 1969 ada sebuah kelompok yang disebut Za Ondekoza didirikan oleh Tagayasu Den; Za Ondekoza berkumpul bersama artis muda yang menginovasi versi akar kebangkitan baru dari taiko, yang digunakan sebagai cara hidup dalam gaya hidup komunal. Selama tahun 1970-an, pemerintah Jepang mengalokasikan dana untuk melestarikan budaya Jepang, dan banyak kelompok masyarakat taiko terbentuk. Kemudian pada abad ini, kelompok taiko tersebar di seluruh dunia, terutama ke Amerika Serikat. Video game Taiko Drum Master juga karena kebudayaan taiko. Salah satu contoh dari sebuah band Taiko modern Gocoo.


Min'yo music rakyat

Lagu-lagu rakyat Jepang (min'yo) dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam banyak cara namun sering sangat dekat dengan empat kategori pemikiran utama yaitu : lagu pekerjaan, lagu-lagu keagamaan (seperti sato Kagura, sebuah bentuk musik Shintoist), lagu yang digunakan untuk pertemuan seperti pernikahan, pemakaman, dan festival (Matsuri, terutama Obon), dan lagu anak-anak (warabe Uta).

Dalam min'yo, penyanyi biasanya disertai dengan kecapi tiga senar (dikenal dengan shamisen), taiko drum, dan seruling bambu yang disebut shakuhachi. Instrumen lainnya yang dapat menyertai adalah seruling melintang dikenal sebagai shinobue, sebuah lonceng yang dikenal sebagai kane, tangan drum yang disebut tsuzumi, serta 13-senar sitar yang dikenal sebagai koto. Di Okinawa, instrumen utama adalah sanshin. Ini adalah instrumen tradisional Jepang, tapi instrumentasi modern seperti gitar listrik dan synthesizer juga digunakan dalam zaman ini, ketika penyanyi enka membawakan lagu-lagu tradisional min'yo (Enka menjadi semua genre musik Jepang).

Kata yang sering terdengar ketika berbicara tentang min'yo adalah ondo, Bushi, bon uta, dan Komori uta. ondo Sebuah gambaran umum setiap lagu rakyat dengan ayunan khas yang dapat didengar sebagai 2 / 4 irama (meskipun biasanya tidak mengelompokkan ketukan). Lagu rakyat khas terdengar pada tarian festival Obon kemungkinan besar akan seperti sebuah ondo. Fushi adalah lagu dengan melodi khas. Sangat terkenal, sebutannya  "Bushi" , yang berarti "ritme" atau "melodi". Kata ini jarang dipakai, tetapi biasanya diawali oleh sebuah istilah yang mengacu pada pekerjaan, lokasi, nama pribadi atau sejenisnya. Bon uta, sesuai deskripsi namanya, adalah lagu untuk Obon, festival lentera orang mati. Komori Uta adalah lagu pengantar tidur anak-anak. Nama-nama lagu min'yo sering memiliki istilah deskriptif, biasanya di akhir. Sebagai contoh: Tokyo Ondo, Kushimoto Bushi, Hokkai Bon Uta, dan Itsuki no Komoriuta.

Banyak dari lagu-lagu termasuk penekanan tambahan pada suku kata tertentu serta teriakan bernada (kakegoe). Kakegoe umumnya teriakan menghibur tetapi dalam min'yo, mereka sering dimasukkan sebagai bagian dari chorus. Ada banyak kakegoe, meskipun mereka bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Di Okinawa min'yo, misalnya, seseorang akan akrab mendengar "ha sasa iya!" Di Jepang darata berbeda, orang akan lebih sering mendengar "a yoisho!," "sate!," atau "a sore!", yang lainnya lagi "a donto koi!," dan "dokoisho

Baru-baru ini sebuah sistem berbasis serikat yang dikenal sebagai sistem iemoto telah diterapkan pada beberapa bentuk min'yo. Sistem ini awalnya dikembangkan untuk transmisi genre klasik seperti nagauta, shakuhachi, atau musik Koto, tetapi karena terbukti menguntungkan guru dan didukung oleh mahasiswa yang ingin mendapatkan sertifikat kemahiran serta nama artis terus yang menyebar ke genre seperti min ' Yo, ahirnya Tsugaru-jamisen dan bentuk-bentuk musik yang tradisional ditransmisikan menjadi lebih informal. Hari ini beberapa min'yo disampaikan dalam organisasi keluarga-pseudo dan magang dalam waktu lama pada umumnya.


Musik Ryukyuan adalah Musik rakyat Okinawan

Umui, lagu-lagu religius, Shima Uta, lagu tari, dan, terutama kachāshī, musik perayaan hidup, semua populer dalam Sejarah Musik Tradisional Jepang .
Musik rakyat Okinawan bervariasi dari musik rakyat daratan Jepang dalam beberapa cara.
Awalnya, musik rakyat Okinawan sering disertai oleh sanshin sedangkan di daratan Jepang, shamisen menyertai sebagai gantinya. Instrumen lainnya termasuk Okinawa sanba (yang menghasilkan suara klik yang mirip dengan alat musik), taiko dan Yubi-bue (指 笛?).

Kedua, nada suara. Skala pentatonik, yang bertepatan dengan skala pentatonik utama disiplin ilmu musik Barat, sering terdengar di min'yo dari pulau-pulau utama Jepang, lihat skala minyō. Dalam skala nada pentatonis subdominant dan nada penting (derajat skala 4 dan 7 dari skala besar Barat) dihilangkan, sehingga skala musik dengan tidak ada langkah ½ antar nada masing-masing. (Do, Re, Mi, Jadi, La di solfeggio, atau derajat skala 1, 2, 3, 5, dan 6) Okinawan min'yo, ternyata ditandai dengan skala yang mencakup setengah-langkah dihilangkan dalam skala pentatonik tersebut , jika dianalisis dalam disiplin music barat. Bahkan, skala yang paling umum digunakan di Okinawa min'yo termasuk derajat skala 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.


Nama Alat musik tradisional jepang

· Biwa (琵琶)
· Fue (笛)
· Hichiriki (篳篥) 
· Hocchiku (法竹)
· Hyoshigi (拍子木)
· Kane (鐘)
· Kakko (鞨鼓)
· Kokyū (胡弓)
· Koto (琴)
· Niko (二胡)
· Okawa (AKA Ōtsuzumi) (大鼓)
· Ryūteki (竜笛)
· Sanshin (三線)
· Shakuhachi (bamboo flute) (尺八)
· Shamisen  (三味線)
· Shime-Daiko (締太鼓)
· Shinobue (篠笛)
· Shō (笙)

---------------------------------------------------------------------

Buat yang ada tugas tentang sejarah musik Jepang, silahkan copy.

Sejarah Musik India

Perkembangan musik India dimulai kira-kira sejak abad ke-2 setelah masehi. Bangsa Arya yang bermigrasi ke India membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan musik di India. Musik bagi bangsa India memiliki arti tersendiri, yang pengaruhnya sangat besar terhadap magis, religius, kesusastraan, ilmu, dan seni lainnya.

Permulaan dan inspirasi bagi musik India adalah memuja para dewa dan dewi. Menurut legenda, dewa Shiwa yang menciptakan suara, irama, dan tari-tarian yang lalu Ia turunkan lewat orang bijak dan diajarkan kepada manusia. Seorang guru yang bernama Narada adalah seorang musisi spiritual dan penyanyi yang menulis buku risalah tentang musik naradasiksa. Guru bernama Barata yang menulis Natyasastra yang berisikan tentang musik, tarian dan drama.

Sebuah tradisi yang sejak dulu tidak tertulis sangat sulit untuk dilacak untuk dievaluasi. Namun sumber-sumber musik India kuno dapat ditemukan di Sarna Verda. Berisikan ikhtisar dari nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan jaman dulu oleh pendeta brahma kepada dewa-dewi vedic.(sekitar 100 – 600 BC) Sarna Verda juga menjelaskan tentang 7 not dalam scale dan 3 macam instrumen. Yaitu Vina (instrumen musik dengan 7 senar), Veni (suling), dan dundubhi (drum).

Setelah periode vedic, memasuki periode klasik India muncul adanya teori mengenai grama (scale), murchanna (modes), dan jati (spesies). Musik secara bertahap menjadi lebih terarah dan kompleks.sebelum era Kristen musik telah berkembang sebagai musik sekuler di India.

Kehadiran agama Islam juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan musik di India di mana terjadi peleburan dua budaya yang berbeda yaitu India dengan budaya Persia, Arabia, sampai Mesir. Jenis musik baru dan alat musik baru bermunculan. Di era inilah instrumen Vina berkembang menjadi Sitar. Salah satu hal yang paling menarik dari perkembangan musik di periode islam adalah penggabungan seni musik dengan seni lukis.

Musik india merupakan musik asli yang berasal dari india dan diciptakan oleh mereka sendiri dengan menggunakan alat muasik yang tidak modern dan sangar tradisional. Dan sampai hari ini juga mereka tetap mempertahankan konsep mereka dalam bermusik, jenis musik it tetap dipertahankan sebagai bentuk kecintaan mereka akan warna musiknya sendiri.

Di india, ada suatu jenis musik yang bernama Raga (yang memiliki arti : colour atau mood) dipakai di dalam musik klasik india. Jenis musik raga dimainkan pada waktu yang berbeda-beda atau biasanya dihubungkan dengan musim. Musik klasik yang dipakai dalam india itu adalah raga, dan selalu raga. Kalau bukan musik klasik yaitu seperti yang ada di film-film india yang populer atau ghazals terkadang memakai raga di dalam komposisi musik mereka. Ragini merupakan sebutan jika yang memainkan musiknya adalah wanita.

Raga menggambarkan suatu bentuk regenerasi dari latihan melodi. Itu juga merupakan suatu set dari peraturan untuk membentuk suatu melody. Menggambarkan aturan untuk ke atas (aaroha) dan down (ayroha) skala. Yang mana swaras harus mencari lagi dan not mana yang harus digunakan lebih sparingly, not mana yang harus sung dengan gamak, phrase yang harus digunakan, phrase yang harus dibuang dan begitu selanjutnya. Hasilnya adalah suatu framework yang nantinya dapat digunakan untuk menggabungkan atau mengimprovisasi melodi, membiarkan untuk suatu variasi yang tak berkesudahan dengan satu set not.

Model dasar dari reference di dalam hindu modern (yang lebih dikenal dengan shudda-bentuk dasar) adalah suatu kelompok yang sejajar dengan mode ionian western-ini disebut dengan bilawal thaat dalam musik hindu (analog carnatic akan menjadi Sankarabharanam). Dalam kedua sistem itu, the ground (atau tonic), Shadja, Sa, dan lima yang murni dibawah. Pancham, Pa, adalah bentuk yang benar dan nada penuh makna. Dalam sistem hindu, didalam hal memberikan mode 7 nada, kedua, ketiga, enam dan ke tujuh nada bisa menjadi alami (shudda, ‘alami’) atau flat (komal, ‘halus’) tapi tidak pernah tajam dan nada ke 4 bisa alami atau tajam (tivra) tapi tidak pernah flat. Membuat 12 nada didalam dunai barat sejajar dengan skala kromatik (dunia barat yang tidak hermonis menganmbil kesamaan seperti, untuk contoh, A# dan B b jangan menentukan); Dalam suatu dunia barat secara teoritis mempunyai not C, D b, D, E b, E, F, F#, G, A b, A, B b, B. Sistem Carnatic mempunyai hanya 3 versi – rendah, sedang, lebih tinggi – untuk semua nada kecuali Sa, Ma dan Pa. Ma memiliki 2 versi (rendah dan tinggi), ketika Sa dan Pa adalah invarian. Raga dapat juga menjelaskan perubahan microtonal kepada skala ini : suatu flatter kedua, suatu sharper seventh dan seterusnya.

B. Ragam Musik India
Tradisional
Klasik
Modern

C. Sistem Nada Musik India
Semenjak abad ke-19 India memiliki susunan tangga nada yang tetap. Dalam satu oktaf telah ditetapkan terbagi menjadi 22 syurti (interval) yang tidak sama. Deretan nada pokok pada musik India ada 2, yaitu sa-grama dan me-grama. Masing-masing dari deretan nada pokok tersebut memiliki tujuh nada yang dapat dinaikkan atau diturunkan dengan berbagai cara.

D. Alat Musik India
Ada beberapa macam alat musik India antara lain :
- Esraj
- Sitar India
- Tabla
- Tambura
- Jalandhar Tumbi

E. Contoh Lagu India
- Kuch-kuch hota Hai
- Dil kya kare
- Barso re
- Des Rangila Rangila
- Chanda chamke cham cham
- Chaiya Chaiya


F. Tokoh Musik (penyanyi) India

Beberapa tokoh musik India antara lain :
- Sharukh-Khan
- Subbulakshmi M S
- Seshagopalan T N
- Sudha Raghunathan
- Unnikrishnan P
- Balamurali Krishna

---------------------------------------------------------------------

Buat yang ada tugas tentang sejarah musik India, silahkan copy.

Sejarah Musik China

Musik China dimulai pada awal peradaban Cina dengan dokumen dan artefak memberikan bukti budaya musik yang berkembang dengan baik sejak Dinasti Zhou (1122 SM – 256 SM). Saat ini, musik terus warisan tradisional yang kaya dalam satu aspek, sementara muncul ke bentuk yang lebih kontemporer pada waktu yang sama.
Pendiri legendaris musik dalam mitologi Cina adalah Ling Lun, yang membuat pipa bambu disetel ke suara burung.

Dinasti Era (1122 SM – 1911)Menurut Mencius, seorang penguasa yang kuat sekali bertanya kepadanya apakah itu moral jika ia lebih suka musik populer ke klasik. Jawabannya adalah bahwa hanya penting bahwa penguasa cinta rakyatnya. Imperial Musik Biro, pertama kali didirikan pada Dinasti Qin (221-07 SM), sangat diperluas di bawah Kaisar Han Wu Di (140-87 SM) dan dibebankan dengan pengawasan pengadilan musik dan musik militer dan menentukan musik apa yang rakyat akan resmi diakui. Pada dinasti selanjutnya, perkembangan musik Cina sangat dipengaruhi oleh musik asing, terutama Asia Tengah.

Musik tertua yang tertulis diketahui adalah Youlan atau Anggrek Solitary, dihubungkan dengan Konfusius (lihat artikel guqin untuk sampel tablature). The berbunga baik didokumentasikan besar pertama musik Cina untuk qin selama Dinasti Tang, meskipun qin diketahui telah dimainkan sejak sebelum Dinasti Han.
Di Cina kuno posisi musisi jauh lebih rendah dibandingkan dengan pelukis, meskipun musik dipandang sebagai pusat harmoni dan umur panjang negara. Hampir setiap kaisar mengambil lagu-lagu rakyat serius, mengirim petugas untuk mengumpulkan lagu untuk memeriksa akan populer. Salah satu Klasik Confucianist, Shi Jing (The Classic Puisi), berisi banyak lagu-lagu rakyat yang berasal dari 800 SM hingga sekitar 400 SM.

Orang Eropa pertama yang mencapai Cina dengan alat musik adalah imam Jesuit Matteo Ricci yang mempresentasikan harpsichord ke pengadilan Lee kekaisaran tahun 1601, dan dilatih empat kasim untuk memainkannya.
Tari NagaTarian naga yang terkenal dengan musik juga merupakan tradisi diingat. Hal ini terlihat pada Tahun Baru Cina di seluruh dunia oleh jutaan orang. Hal ini tidak diketahui kapan tradisi dimulai, namun diyakini ribuan tahun yang lalu, sebagai hiburan dari mantan kaisar, keluarga kerajaan dan bangsawan.
Budaya Baru Gerakan 1910-an dan 1920-an menimbulkan banyak bunga abadi dalam musik Barat. Sejumlah musisi Cina kembali dari belajar di luar negeri untuk melakukan musik klasik Barat, menyusun hits bekerja pada sistem notasi musik Barat. Kuomintang mencoba untuk mensponsori adopsi musik modern melalui Shanghai Konservatorium Musik meski krisis politik yang sedang berlangsung. filsuf budaya Twentieth-abad seperti Xiao Youmei, Cai Yuanpei, Feng Zikai dan Wang Guangqi ingin melihat musik Cina diadopsi dengan standar terbaik. Ada banyak yang berbeda pendapat mengenai standar terbaik.

Orkestra Symphony terbentuk di kebanyakan kota besar dan dilakukan untuk khalayak luas di gedung konser, dan di radio. Banyak penyanyi jazz ditambahkan pengaruh musik tradisional, menambahkan xylophone, saksofon dan biola, di antara instrumen lainnya. Lu Wencheng, Li Jinhui, Zhou Xuan, Qui Hechou, Yin Zizhong dan Dia Dasha termasuk di antara pemain paling populer dan komposer selama periode ini.

Setelah 1942 Yan’an Forum Sastra dan Seni, kampanye besar-besaran diluncurkan di daerah-daerah dikuasai Komunis untuk beradaptasi musik rakyat untuk menciptakan lagu-lagu revolusioner untuk mendidik penduduk pedesaan sebagian besar buta huruf pada tujuan partai. Musik dianggap bentuk takhayul atau anti-revolusioner ditekan, dan harmoni dan garis-garis bass ditambahkan lagu-lagu tradisional. Salah satu contohnya adalah Timur Is Red, sebuah folksong dari Shaanxi utara yang telah diadaptasi menjadi sebuah himne nasionalis. Dari catatan khusus adalah komposer, Xian Xinghai, yang aktif selama periode ini, dan menyusun Cantata Sungai Kuning yang paling terkenal dari semua karya-karyanya.

Republik Rakyat Cina era (1949-1990) Zaman keemasan shidaiqu dan Tujuh bintang bernyanyi besar akan berakhir ketika Partai Komunis Cina mengecam musik populer sebagai musik kuning (pornografi).  Maois musik pop dianggap sebagai penurunan ke bentuk seni di Cina daratan. Pada tahun 1949 Kuomintang dipindahkan ke Taiwan, dan Republik Rakyat Cina didirikan. lagu Revolusioner akan menjadi sangat dipromosikan oleh negara. Para Maois, selama Revolusi Kebudayaan, mendorong musik revolusioner sebagai genre hanya dapat diterima, karena propaganda, genre ini sebagian besar dibayangi semua orang lain dan datang hampir untuk mendefinisikan musik Cina daratan. Ini masih, dalam beberapa hal, proses yang terus berjalan, tetapi beberapa sarjana dan musisi (Cina dan dinyatakan) mencoba untuk menghidupkan kembali musik lama. asaran oleh Deng Xiao Ping. Hari ini, keragaman musik China memiliki kombinasi pop dan musik klasik. Sama seperti di negara-negara paling modern, Cina memiliki produksi yang cepat dari berbagai jenis musik baru, sementara musik tua juga tetap hidup.

Setelah Demonstrasi Tiananmen 1989, tempo cepat baru Northwest Angin (xibeifeng, 西北 风) gaya diluncurkan oleh rakyat untuk melawan pemerintah. Musik akan kemajuan menjadi batu Cina, yang tetap populer di tahun 1990. Namun, musik di China sangat banyak milik negara sebagai TV, media, dan ruang konser utama yang semuanya dikontrol oleh partai Komunis. Pemerintah terutama memilih untuk tidak mendukung rock Cina dengan membatasi eksposur dan airtime. Sebagai hasilnya, genre tidak pernah mencapai arus utama secara keseluruhan.


Lagu Kebangsaaan China

San Min Chu-I (Tiga prinsip rakyat)



(Hanzi tradisional: 中華民國國歌, Hanzi sederhana: 中华民国国歌, Pinyin: Zhōnghuá Míngúo gúogē) adalah Lagu Kebangsaan Republik Cina. Secara informal, lagu ini juga dikenal dengan nama "San Min Chu-i" atau "Tiga Prinsip Rakyat" diambil dari bait pertama lagu ini, namun nama ini tidak pernah digunakan secara formal. Lirik lagu ini berisi visi dan harapan sebuah negara baru beserta masyaratnya yang dapat dicapai dari implementasi ideologi "San Min Chu-i" (Tiga Prinsip Rakyat).

Sejarah

Teks "Lagu Kebangsaan Republik Cina" ditulis oleh kolaborasi beberapa anggota Kuomintang, yaitu:
- Hu Han-min (胡漢民 Hú Hànmín),
- Tai Chi-t'ao (戴季陶; Dài Jìtáo),
- Liao Chung-k'ai (廖仲愷 Liáo Zhōngkǎi)
-  Shao Yüan-ch'ung (邵元沖 Shào Yuánchōng).

Teks ini dibacakan pertama kali pada tanggal 16 Juli 1924 sebagai pidato pembukaan Sun Yat Sen pada acara pembukaan Akademi Militer Whampoa.

Setelah keberhasilan Ekspedisi Utara, Kuomintang memilih teks ini sebagai lagu partai mereka dan mengadakan kontes untuk menciptakan musik yang tepat untuk teks ini. Ch'eng Mao-yün (程懋筠; Chéng Màoyún) memenangkan kontes ini dari 193 partisipan.

Pada tanggal 24 Maret 1930, beberapa anggota partai Kuomintang mengajukan proposal untuk menggunakan pidato Sun Yat Sen sebagai lirik Lagu Kebangsaan. Oleh karena adanya oposisi atas penggunaan simbol partai politik untuk mewakili seluruh negeri, sebuah Komite Penelitian dan Penyuntingan Lagu Kebangsaan (國歌編製研究委員會), yang kemudian mengesahkan lagu partai KMT, dibentuk. Pada tanggal 3 Juni 1937 Central Standing Committee (中央常務委員會) menyetujui proposal ini, dan tahun 1934, "San Min Chu-i" secara resmi menjadi lagu kebangsaan Republik Cina.

Lagu kebangsaan ini terpilih menjadi lagu kebangsaan terbaik di dunia pada Olimpiade 1936.

Lirik

Hanzi tradisional


三民主義,吾黨所宗,
以建民國,以進大同。
咨爾多士,為民前鋒;
夙夜匪懈,主義是從。
矢勤矢勇,必信必忠;
一心一德,貫徹始終。

Hanzi sederhana

三民主义,吾党所宗,
以建民国,以进大同。
咨尔多士,为民前锋;
夙夜匪懈,主义是从。
矢勤矢勇,必信必忠;
一心一德,贯彻始终。

Hanyu Pinyin
Sānmín Zhǔyì, wú dǎng suǒ zōng,
Yǐ jiàn Mínguó, yǐ jìn Dàtóng.
Zī ěr duō shì, wèi mín qiánfēng;
Sù yè fěi xiè, Zhǔyì shì cóng.
Shǐ qín shǐ yǒng, bì xìn bì zhōng;
Yì xīn yì dé, guànchè shǐ zhōng.

Zhuyin Fuhao


ㄙ ㄢ   ㄇㄧㄣˊ  ㄓㄨ ˇ  ㄧ ˋ

ㄨ ˊ   ㄉ ㄤˇ  ㄙㄨㄛˇ  ㄗㄨㄥˉ

ㄧ ˇ   ㄐㄧㄢˋ  ㄇㄧㄣˊ  ㄍㄨㄛˊ

ㄧ ˇ   ㄐㄧㄣˋ  ㄉ ㄚˋ  ㄊㄨㄥˊ

ㄗ     ㄦ ˇ   ㄉㄨㄛ   ㄕ ˋ

ㄨ ㄟˊ  ㄇㄧㄣˊ  ㄑㄧㄢˊ  ㄈ ㄥ

ㄙ ㄨˋ  ㄧ ㄝˋ  ㄈ ㄟˇ  ㄒㄧㄝˋ

ㄓ ㄨˇ   ㄧ ˋ  ㄕ  ˋ  ㄘㄨㄥˊ

ㄕ  ˇ  ㄑㄧㄣˊ  ㄕ  ˇ  ㄩ ㄥˇ

ㄅ ㄧˋ  ㄒㄧㄣˋ  ㄅ ㄧˋ  ㄓㄨㄥ

ㄧ ˋ   ㄒㄧㄣ  ㄧ ˋ  ㄉ ㄜˊ

ㄍㄨㄢˋ  ㄔ ㄜˋ  ㄕ  ˇ  ㄓㄨㄥ

Lirik lagu ini ditulis dalam Bahasa Cina Klasik (文言文). Sebagai contoh:

- ěr (爾) menunjuk pada kata ganti orang ke-dua baik bentuk tunggal maupun jamak tergantung dalam konteks kalimat. Dalam lirik, ěr (爾) ini memiliki arti jamak "kalian",
- fěi (匪) menunjuk pada negasi (不 bù), dan
- zī (咨) merupakan sebuah kata seru dalam konteks lirik lagu ini dan tidak pernah digunakan dalam bahasa Mandarin Lisan Modern.

Dalam hal ini, lagu kebangsaan Republik Cina berbeda dengan lagu kebangsaan Republik Rakyat Cina, Barisan Para Sukarelawan, yang secara keseluruhan ditulis dalam Bahasa Cina Vernakular (白話文).

Selain bersifat klasik, lirik ini juga bersifat puitis. Bentuk ini mengikuti Puisi Empat Karakter (四言詩) yang muncul pertama kali pada Dinasti Zhou. Karakter terakhir dari setiap baris berbunyi -ong (adapula sebagai -eng). Oleh karena bersifat puitis, beberapa kata dalam teks ini memiliki interpretasi yang berbeda. Hal ini terlihat dari terjemahan lirik lagu ini.

Terjemahan

Terjemahan versi resmi yang diterjemahkan oleh Tu Ting-hsiu (杜廷修) ke dalam Bahasa Inggris digunakan dalam beberapa panduan resmi bahasa asing yang dipublikasikan oleh pemerintah ROC.

Resmi

San Min Chu-i(=Tiga prinsip rakyat), adalah prinsip kami
Untuk mencapai tanah merdeka,
Keamanan dunia, prinsip kami.
Teruskan, sahabat,
Andalah contoh rakyat
Berpegang kukuh kepada prinsip,
Demi matahari dan bintang.
Bersungguh dan berani,
Demi negara anda,
Satu hati, satu semangat,
Satu pikiran, satu prinsip.
  

Harfiah


San Min Chu-i(=Tiga prinsip rakyat), prinsip dasar partai kita.
Dengan ini, kita membangun negara untuk rakyat;
Dengan ini, kita maju ke dalam kedamaian total.
Oh, kalian, para pendekar,
Untuk rakyat, jadilah barisan depan.
Siang dan malam tanpa lelah,
Ikuti prinsip.
Bersumpah untuk tekun; bersumpah untuk berani.
Harus dipercaya; harus setia.
Satu hati, satu kebajikan,
Dibawa sampai akhir hayat.

Baris ke-tujuh dan delapan dari terjemahan Tu dan harfiah berbeda secara dramatis, namun terjemahan Tu hanyalah dalam urutan yang terbalik, untuk mengikuti urutan kata dalam bahasa Inggris. Selain itu, kata "siang" dan "malam" digantikan oleh metonim "matahari" dan "bintang". Puisi Bahasa Cina Klasik pada dasarnya mempunyai interpretasi yang sangat luas.

Perbedaan yang sangat besar sebenarnya disebabkan oleh interprtasi resmi, yang mana beberapa kata yang bersifat politis memiliki penekanan yang signifikan:

- "Partai kita" (吾黨) diperluas menjadi "aliansi kita", yang artinya "kita semua", meliputi anggota non-partai.
- "Para pendekar" (多士) dipersonifikasi menjadi semangat berjuang semua warga negara, termasuk rakyat sipil.
- "Barisan depan" (前鋒) menyimbolisasikan "model warga negara"

Intepretasi ini diajarkan di sekolah-sekolah Taiwan, namun beberapa menganggap perluasan frasa-frasa ini sebagai intepretasi yang tidak konsisten dengan yang sebenarnya. Kata "kesatuan besar" (大同) diintepretasikan sebagai "keharmonisan total dunia" (世界大同) dan merupakan sebuah istilah Kong Hu Cu yang tertulis dalam Kitab Ajaran Besar sebagai tujuan akhir manusia yang seharusnya perjuangkan. Istilah ini juga kadang-kadang diterjemahkan menjadi "sosialisme".


Penggunaan di Taiwan

Lagu ini secara luas dapat didengar dalam acara-acara penting seperti upacara penamatan sekolah dan upacara penaikan bendera. Namun selama beberapa tahun lagu ini diputar sebelum semua pemutaran film. Lagu ini pernah digunakan untuk mengidentifikasikan imigran ilegal yang datang ke Taiwan dari Fujian disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk menyanyikan lagu ini. Dilaporkan pula cara ini tidak lagi efektif karena para imigran gelap ini telah mempelajari lagu ini sebelum datang.

Oleh karena awalnya merupakan lagu partai Kuomintang (KMT) dan disusun di Cina Daratan sebagai pidato untuk Akademi Milter Whampoa (sebuah sekolah militer yang didirikan oleh KMT), mereka yang mendukung Kemerdekaan Taiwan keberatan dengan penggunaannya sebagai lagu kebangsaan. Frasa "partai kami" (吾黨) sebenarnya merujuk pada KMT, dan karenanya dianggap tidak pantas dijadikan sebagai lagu kebangsaan. Oleh karena Taiwan tidak lagi diperintah oleh pemerintahan satu partai, arti dari「黨」diperluas menjadi arti yang lebih umum "kita"—— seperti yang pernah digunakan sebelum adanya partai politik—— di mana kata ini merujuk pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan satu sama lain oleh ideologi dan tujuan yang sama.

Partai Progresif Demokratik telah menerima lagu ini sebagai lagu kebangsaan, namun lagu ini sering dimainkan dalam konteks Taiwan yang kuat seperti dinyanyikan oleh paduan suara orang Aborigin Taiwan ataupun dinyanyikan dalam Bahasa Taiwan (varian Bahasa Hokkien di Taiwan) atau Bahasa Hakka. Tahun 2006, Presiden Chen Shui-Bian, setelah kembali dari perjalanan luar negerinya ke negara sekutu diplomatik ROC di Amerika Latin, menyatakan bahwa dia mendukung sepenuhnya lagu kebangsaan Republik Cina. Dia mengatakan bahwa setiap warga negara harus belajar menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan bangga dan lantang. Dia juga menekankan pada perlunya pejabat-pejabat resmi pemerintah menyanyikan lagu ini dan bukannya malah menghindarinya. Tanpa pemerintah sebagai contoh yang baik, tidaklah mengejutkan bahwa warga negara tidak menyanyikan lagu ini, kata Chen. Chen Shui-bian mebungkuk pada patung Sun Yat-sen, bapak negara Republik Cina. Dia juga membungkuk pada bendera ROC dan menyanyikan lagu tersebut dengan lantang selagi dia memimpin sebuah upacara di Taipei.

Lagu ini dilarang di Cina Daratan dan walaupun secara tidak resmi dilarang di Hong Kong, pertunjukkan publik lagu ini sangat tidak dianjurkan. Pada acara pengambilan sumpah Chen Shui-bian pada tahun 2000, lagu ini dinyanyikan oleh seorang penyanyi terkenal A-Mei, yang menyebabkan dia dilarang untuk melakukan perjalan ke Cina Daratan selama beberapa bulan.

Pada acara-acara internasional seperti Olimpiade di mana Taiwan tidak diijinkan untuk menggunakan nama resminya sebagai ROC dan dipaksa untuk menggunakan Cina Taipei, Lagu Bendera Kebangsaan Republik Cina (中華民國國旗歌) dimainkan sebagai gantinya oleh karena tekanan dari pemerintah Republik Rakyat Cina atas status politik Taiwan.

-------------------------------------------------------------------

Buat yang ada tugas tentang sejarah musik China, silahkan copy.

Sejarah Musik Arab

Tidak lama setelah Islam meluas keseluruh apa yang lazim disebut "Orient”, bangsa Arab, dengan bertolak dari nilai-nilai budaya Yunani, mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan sedemikian rupa, sehingga bangsa Arab ketika itu dapat dianggap sebagai bangsa yang paling beradab di dunia. Di zaman kekuasaan Harun al-Rasyid (768-809 M) kota Baghdad menjadi pusat dari kebudayaan Islam. Sekitar tahun 800, Harun al-Rasyid menugaskan tiga ratus ilmuan untuk mengumpulkan naskah-naskah ilmiah Yunani. Kemudian setelah itu, al-Makmun, putra Harun al-Rasyid, mendirikan "Bait al-Hikmah” serta menugaskan para ilmuan dan seniman terkenal untuk menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab.

Dalam bidang musik, menurut Farmer, beberapa tulisan dari tokoh-tokoh Yunani seperti Aristoxenos, Euklid, Ptolomeus, Nikomachus, dan Aristides Quintilianus telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab. Tidak diketahui apakah tulisan-tulisan ini masih ada, namun dapat dipastikan bahwa hampir semua ahli-ahli teori musik Arab abad pertengahan menguasai teori musik Yunani, dan dalam karya-karya mereka dipaparkan "sistema ametabolon”, ketiga ragam (Geschlechter) "enharmonikon, "chromatikon”, dan "diatonon”, demikian pula berbagai pembagian "tetrachord” yang berasal dari tradisi musik Yunani.
Kendati demikian, dalam teori musik Arab terdapat pembagian-pembagian tetrachord yang tidak terdapat pada teori musik Yunani. Maka dapat disimpulkan bahwa ahli-ahli teori musik Arab tidak hanya mengambil alih teori musik Yunani, tapi juga mengembangkan teori musik tersebut menurut kebutuhan mereka sendiri. Perbedaan lain yang menonjol adalah kenyataan bahwa bangsa Yunani memaparkan sistem nadanya pada Monochord, sementara bangsa Arab melakukan hal yang sama pada alat musik ‘Ud. Terkecuali Safi al-Din, selain memaparkan sistem 17 nadanya dalam "al-Risala al-Sarafiyya” pada ‘Ud, ia juga memaparkan sistem 17 nada tersebut dengan Monochord dalam "Kitab al-Adwar”.

Dari daftar para ahli teori musik yang tercantum dalam lampiran di bawah ini, secara singkat dapat dikemukakan bahwa sistem nada dari al-Maushili, Yahya ibn ‘Ali, Ikhwan al-Shafa, al-Kindi dan Safi al-Din,

[1] seluruhnya didasarkan pada apa yang disebut sistem Pythagoras.

[2] Berbeda dari para ahli teori musik tersebut, al-Farabi dan Ibnu Sina, disamping menggunakan nada-nada Pythagoras, ternyata memakai nada-nada lain yang tidak terdapat pada teori musik Yunani. Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa tangganada dari al-Maushili, Yahya ibn ‘Ali dan Ikhwan al-Shafa (ketiganya adalah sama) seperti nampak pada contoh A, tangganada dari al-Kindi dan Safi al-Din adalah seperti nampak pada contoh B dan C, sedangkan tangganada dari al-Farabi dan Ibnu Sina seperti pada contoh D dan E.

[A] c d es e f g as a bes c
[B] c des d es e f ges g as a b c
[C] c des es2 d es fes e f ges as2 g as bes2 a bes ces des2 c
[D] c d (27/22) f g (18/11) bes c
[E] c d (13/12) f g (39/32) bes c

Seperti kita lihat di atas, tangga nada dari al-Maushili, Yahya ibn ‘Ali dan Ikhwan al-Shafa terdiri dari 9 nada, tangga nada dari al-Kindi terdiri dari 12 nada (!) dan tangga nada dari Safi al-Din terdiri dari 17 nada. Sedangkan tangganada dari al-Farabi dan Ibnu Sina dikemukakan hanya dalam maqam "Rast” saja untuk menunjukkan bahwa kedua ahli teori musik ini, di samping menggunakan nada-nada Pythagoras, juga memakai nada-nada lain, yang di atas dinyatakan dengan memberikan perbandingan frekwensi dari nada-nada tersebut; al-Farabi 27/22 dan 18/11 dan Ibnu Sina 32/12 dan 39/32 untuk terz dan sext.

Perlu digarisbawahi bahwa al-Kindi, sudah sejak abad ke-IX telah memperkenalkan apa yang dewasa ini disebut sebagai tangga nada "chromatis”

[3] sementara di Barat-Eropa sendiri, pembagian nada penuh (ganston) itu dalam dua setengah nada baru dilakukan oleh Johan de Garlandia untuk pertama kalinya sekitar tahun 1300. Malahan Safi al-Din sudah memakai 17 nada dalam satu oktav, yang dalam perkembangannya kemudian dilanjutkan oleh Yekta Bey, Suphi Ezgi, Uzdilek, Ezgi dan Barkechli sampai menjadi 24, 29, 41 dan 53 nada dalam satu oktav. Namun demikian, semua tangga nada dari para teoretikus ini didasarkan pada sistem Pythagoras. Berlainan dengan tokoh-tokoh tersebut, al-Farabi dan Ibnu Sina, seperti telah dikemukakan di atas, memakai juga nada-nada di luar sistem Pythagoras. Hal inilah yang menunjukkan ciri khas musik Arab.
Syahdan, seorang pemain ‘Ud kaliber atas (meninggal pada tahun 791) menentukan dalam maqam Rast pemakaian suatu "fret” yang kemudian disebut fret dari Zalzal (Wosta dari Zalzal) yang perbandingannya dengan nada dasar (mutlak) 27/22. Adalah sebuah tindakan bersejarah dari al-Farabi yang menghidupkan terz dan sext dari Zalzal tersebut dalam teori musiknya. Maqam Rast tersebut dalam bentuknya yang sederhana (dalam hal ini disebut juga ‘Ussaq) adalah sebagai berikut; c-d-e-f-g-a-bes-c, jadi sama dengan modus Micolydis dari tangganada gereja. Sesudah Zalzal orang menginginkan terz dan sext yang lain, sehingga rast tersebut sebenarnya tidak dapat dipraktekkan dalam tanggganada dari al-Maushili, Yahya ibn ‘Ali dan Ikhwan al-Shafa. Seperti kita lihat di atas, maqam Rast tersebut pada al-Farabi adalah; c-d-27/22-f-g-18/11-bes-c, sementara pada Ibnu Sina; c-d-13/12-f-g-39/32-bes-c. Maqam Rast tersebut pada al-Farabi dan Ibnu Sina dapat dikatakan berdekatan, sedangkan pada Safi al-Din sudah jauh berbeda. Terz dan sext tersebut bila dinyatakan dengan "cent” pada al-Farabi 355 dan 853, pada Ibnu Sina 342 dan 840, maka kedua interval tersebut pada Safi al-Din menjadi 384 dan 882. Dengan demikian, pada abad pertengahan terdapat dua aliran; sistem al-Farabi/Ibnu Sina dan sistem Safi al-Din. Kenyataan ini menimbulkan konsekwensi tersendiri dalam perkembangan teori musik Arab dewasa ini.

Sistem dari al-Farabi dan Ibnu Sina bila dicarikan kompromi dalam alat musik yang memiliki nada-nada tetap (seperti qanun, santur, dan piano) otomatis menimbulkan apa yang disebut seperempat nada, sehingga dalam satu oktav terdapat 24 nada.

[4] Jadi apabila para teoretikus musik dari Turki dan Iran memegang teguh pada pembagian oktav dalam 17 nada, maka itu tidak lain bahwa mereka berpegang teguh pada sistem nada Safi al-Din. Sedangkan bila ahli-ahli teori musik dari Mesir dan Siria tidak berkeberatan mengaplikasikan pembagian oktav dalam 24 nada, maka itu berarti mereka berpegang pada sistem nada al-Farabi/Ibnu Sina.
Dalam konteks pembicaraan mengenai musik Arab, ada baiknya dikemukakan bahwa jauh sebelum timbulnya agama Islam, bangsa Arab telah memiliki tradisi musik tersendiri. Kendati demikian, tidak dapat dinafikan bahwa teori musik maupun prakteknya dalam sejarah bangsa Arab baru mencapai puncak perkembangannya setelah agama Islam mengepakkan sayapnya ke seluruh apa yang biasa disebut sebagai "Orient”, bahkan sampai ke semenajung Iberia dan negeri Andalusia.
Poin lain yang perlu diperhatikan adalah, bahwa sejak kemunculan Islam (bahkan sampai saat ini), selalu ada pemuka-pemuka agama yang merestui pemakaian musik dalam ibadah, tapi ada pula yang secara terang-terangan melarangnya. Fakta ini sebenarnya cukup dramatis, oleh karena di dalam al-Qur’an maupun dalam Hadits tidak terdapat penjelasan spesifik yang melarang ataupun yang menganjurkan penggunaan musik dalam ibadah. Namun terlepas dari polemik pro dan kontra tersebut, musik Arab ternyata terus berkembang, termasuk musik yang dikategorikan sebagai musik religius.
Dalam keterangan sebelumnya, telah disinggung bahwa pada zaman Harun al-Rasyid kota Baghdad merupakan pusat dari aktifitas kebudayaan Islam. Di istana Harun al-Rasyid sendiri bertugas seorang seniman musik kenamaan, yaitu Ishaq al-Maushili. Dia mempunyai seorang murid yang berbakat, yaitu Ziryab. Karena bakat sang murid ini begitu menonjol, al-Maushili khawatir sang murid akan menggusur posisinya. Maka al-Maushili menyarankan agar Ziryab meninggalkan Baghdad. Untuk menghindari permasalahan dengan gurunya, maka Ziryab pergi ke Cordova dan mendirikan sekolah musik di sana, sehingga di Cordova musik Arab pun mengalami perkembangan.
Musik Arab menampakkan diri sebagai musik vokal dan instrumental maupun paduan dari keduanya; sebagai musik profan maupun musik religius. Tapi satu karakteristik dari semua ekspresi musik Arab adalah bahwa semua ragam dari musik Arab didasarkan pada prinsip maqam, yaitu sistem pemakaian berbagai modus.

Sebagai contoh dari musik profan dapat dikemukakan dua bentuk musik vokal dengan iringan alat musik, yaitu "al-Maqam al-‘Iraqi” dan "Andalusia Nuba”. Yang pertama, seperti nampak pada namanya, berasal dari Baghdad, sedangkan yang kedua berasal dari Andalusia (Cordova). Ketika bangsa Arab harus meninggalkan semenajung Spanyol, "Andalusia Nuba” ini kemudian tersebar di Maroko, Algeria, Tunisia, dan Libia. Bentuk-bentuk musik lain yang bersifat profan antara lain muwassah (di bagian Timur semenanjung Arab), dor (Mesir), nyayian fgiri (Musik penangkap ikan di sekitar teluk Arab), qasida (juga dikenal di Indonesia), layali dan mawal. Sedangkan bentuk musik instrumental yang dapat diidentifikasi antara lain; taqsim dan samai, di mana si pemain musik menunjukkan keterampilannya, baik dalam mengembangkan maqam, maupun dalam permainan alat musik.

Adapun bentuk musik religius dapat disebut sebagai nyanyi-nyanyian, baik yang merupakan pembacaan al-Qur’an maupun nyanyian-nyanyian yang berkaitan dengan perayaan Islam. Namun demikian, perlu dikemukakan bahwa orang Arab sendiri (atau orang Islam) tidak menyebut yang demikian itu sebagai nyanyian. Al-Qur’an misalnya, di samping dapat dibacakan saja, dapat pula dibawakan dalam bentuk nyanyian dengan memenuhi semua syarat-syarat musikal (seperti pemakaian maqam dll.) yang diperlukan oleh musik. Namun orang yang membawakan al-Qur’an dengan gaya yang disebut terakhir ini ternyata tidak disebut sebagai penyanyi (mughanni), tetapi sebagai pembaca (muqri’). Bentuk musik religius lain yang dapat disebutkan adalah azan, yang diucapkan dari minaret, dan acap mengembangkan suatu maqam tertentu secara memesona dan mengagumkan. Selain itu, terdapat "madih al-nabawi”, yaitu suatu bentuk nyanyian yang merupakan pujian kepada Nabi dan keluarganya. Yanyian yang berkaitan dengan kelahiran Nabi (maulid) dapat dikategorikan sebagai madih nabawi.

Deskripsi di atas hanya menyinggung sekelumit dari aspek musik Arab. Bagaimanapun, pembahasan mengenai musik Arab tidak mungkin dapat secara tuntas dibicarakan dalam satu ceramah. Kendati demikian, beberapa segi yang telah dikemukakan di atas mudah-mudahan dapat menggerakkan hati kita untuk secara serius memperdalam pengetahuan kita mengenai musik Arab serta melihat kemungkinan untuk menekuni musiknya secara praktis. Kita dari dunia ketiga yang terbiasa memandang Eropa sebagai individu dan bangsa yang superior, sebetulnya sedikit banyak dapat merasa bangga, setelah mengetahui, bahwa bangsa Arab, sebagai representasi dari bangsa non-Eropa (baca; Orient), pernah lebih maju secara kultural ketimbang bangsa Eropa.
 [1] Abd al-Qadir, Anonymus dan al-Ladiqi hanya melakukan komentar pada sistem dari Safi al-Din, sedangkan Mihail Misaqa, seorang ahli teori musik zaman baru, memaparkan sistem seperempat nada atau sistem 24 nada.  
[2] Dalam sistem nada Pythagorean, perbandingan nada-nada hanya memakai proporsi dari angka dua dan tiga. 
[3] Tangga nada "chromatis” adalah tangga nada yang memiliki rangkaian 12 nada dalam satu oktav. 
[4] Sebuah sistem nada yang dikemukakan oleh Misaqa. Lihat catatan kaki sebelumnya.

---------------------------------------------------------------------

Buat yang ada tugas tentang sejarah musik Arab, silahkan copy.