Halaman

Minggu, 13 November 2011

7 Pahlawan Nasional Baru



Pemerintah menetapkan 7 pahlawan nasional baru. Mereka datang dari berbagai latar belakang dengan aneka jasa dan sumbangsih bagi bumi pertiwi. Mulai dari tokoh kunci pergerakan nasional, ulama, pionir pendidikan, sampai sultan.

Berikut kiprah para pahlawan ini yang dihimpun dari berbagai sumber :

1. Sjafruddin Prawiranegara (28 Februari 1911-15 Februari 1989)

Peran Sjafruddin Prawiranegara sangat besar pada saat Indonesia dilanda agresi militer Belanda II. Saat itu Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, Soekarno-Hatta ditawan Belanda. Sjafruddin-lah yang ditugasi membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 22 Desember 1948 di Sumatera. Selama 6 bulan, Sjafruddin menjalankan pemerintahan RI dari dalam belantara hutan. Mereka terus mempropagandakan pemerintahan Indonesia masih ada. Aksi Sjafruddin berhasil, dunia internasional akhirnya memaksa Belanda menghentikan agresi militer mereka. Tanpa PDRI, belum tentu Belanda mau maju ke meja perundingan. Sjafruddin menyelamatkan republik, tapi selama puluhan tahun jasanya seolah terlupakan.

2. Idham Chalid (27 Agustus 1921-11 Juli 2010)
Idham Chalid merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Idham menjabat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama dari tahun 1956 hingga 1984. Dia pernah menjabat menteri saat Orde Lama dan Orde Baru. Pada saat Kabinet Ali Sastroamidjojo II, Idham menjabat sebagai wakil Perdana Menteri. Saat Orde Baru, Idham pernah menjadi Ketua DPR (1968-1977), serta Ketua MPR (1971-1977). Idham sering dijuluki guru politik orang NU.

3. Buya Hamka (17 Februari 1908-24 Juli 1981)
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau disingkat Hamka. Sedangkan buya, adalah panggilan kehormatan dalam bahasa Minangkabau yang berarti ayah. Buya Hamka dikenal sebagai penulis besar Indonesia lewat karya-karyanya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Tapi Hamka bukan hanya seorang penulis, dia juga politisi dan pejuang. Kiprahnya di dunia politik dimulai tahun 1925 saat menjadi anggota Sarikat Islam kemudian bergabung dengan Masyumi. Presiden Soekarno akhirnya membubarkan Masyumi dan memenjarakan Hamka.